Kakek Tua dan Sekarung Ketela

[ Kisah ini berasal dari buku diary seorang pramugari_ dan telah saya terjemahkan untuk lebih mudah kita pahami ]

Seorang ayah tua yang datang dari desa, membopong sekantung ketela,pergi menjenguk anaknya
yang sedang kuliah di Beijing selama di pesawat,membuat seorang pramugari menjadi terenyuh.
5 tahun dia bekerja sebagai pramugari Hingga suatu hari dia bertemu dengan seorang Kakeh tua..
dia membopong satu karung goni besar di punggungnya, dengan membawa aroma tanah yang khas dari pedesaan.
"Saat Ketika pesawat sudah mulai terbang datar, kami mulai menuangkan air, hingga tiba di baris kursi ke 20-an, terlihat Kakek tua tersebut, dia duduk dengan sangat hati-hati,
Saat ditanya mau minum apa, dengan gugup di berkata tidak mau. Saat hendak dibantu untuk menyimpan karungnya di tempat bagasi dia juga menolak. Terpaksa kami biarkan dia menggendong karung tersebut.

Beberapa saat kemudian tiba waktunya untuk membagikan makanan, kami mendapatkan bahwa dia masih duduk dengan tegak dan terlihat sangat gelisah.. saat diberi nasi, dia tetap menolak tanda tidak mau. "apakah bapak sedang sakit"?
Dengan suara lirih dia berkata. "saya hanya ingin ke toilet tapi apakah boleh berkeliaran di dalam pesawat, saya takut merusak barang-barang yang ada di dalam pesawat." [ kata kakek tua itu ]

Kami memberitahu dia tidak ada masalah dan menyuruh seorang pramugara mengantarkannya ke toilet. ] kemudian kami lantas menuangkan secangkir teh hangat dan kami letakkan di atas mejanya tanpa bertanya kepadanya.
=>Siapa sangka tindakan kami ini membuat ia sangat ketakutan dan berkali-kali ia mengatakan tidak perlu, kami pun berkata kepadanya "minumlah air ini jika sudah haus".
=>buru- buru dia mengambil segenggam uang dari balik bajunya, semuanya berupa uang koin satu sen-an, dan disodorkan kepada kami
"minuman ini gratis bapak"
[ dan akhirnya lelaki tua itu mempercayai kami ]
Dia bercerita bahwa ia memiliki 2 orang putra, yang bungsu sekarang kuliah di semester 6, sedangkan si sulung telah bekerja. Kali ini dia ke Beijing menjenguk anak bungsunya yang sedang kuliah. karena anak sulungnya tidak ingin sang ayah susah payah naik angkutan, maka dibelikanlah tiket pesawat khusus bagi ayahnya dan bermaksud menemani ayahnya untuk berangkat bersama dengan pesawat karena sang ayah tidak pernah menumpang pesawat . Akan tetapi ayahnya mati- matian tidak mau naik pesawat karena beranggapan bahwa hal tersebut adalah suatu pemborosan.
sang ayah tetap bersikukuh untuk berangkat sendirian, tidak mau anaknya memboroskan uang untuk membeli selembar tiket lagi.
Selama dalam perjalanan di pesawat kami sangat rajin menuangkan air minum untuknya, dan dia selalu dengan sopan mengucapkan terima kasih. Tapi dia masih bersikukuh tidak mau makan. Walaupun kami tahu perut si paman tua sudah sangat lapar.
=>Sampai menjelang pesawat akan mendarat, dia dengan sangat berhati-hati bertanya
"apakah saya bisa meminta sebuah kantong untuk membungkus nasi jatah saya,?? karena saya belum pernah makan makanan yang begitu enak, Saya akan bawakan makanan ini untuk anak bungsu saya" [kata lelaki tua itu]
=>Kami semua sangat terkejut. Bagi kami nasi yang kami lihat setiap hari ini, ternyata begitu berharganya bagi seorang kakek tua yang datang dari desa ini__
Dia sendiri enggan untuk makan, dia menahan lapar, demi untuk disisakan bagi anaknya.
kejadian ini tidak selesai sampai disini saja, siapa tahu setelah para tamu lainnya sudah turun dari pesawat, tinggallah lelaki tua itu seorang diri, kami membantunya membawakan karung goninya sampai ke pintu keluar, saat kami akan membantunya menaikkan karung goni tersebut ke punggungnya, mendadak Kakek itu melakukan suatu tindakan yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup:
[ dia berlutut , lalu dengan air mata berlinang dia bersujud kepada kami dan mengatakan ],
“Kalian semua sungguh adalah orang-orang yang baik, kami orang desa sehari hanya bisa makan nasi satu kali, selama ini kami belum pernah minum air yang begitu manis, tidak pernah melihat nasi yang begitu bagus, sungguh saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih kepada kalian, saya hanya bisa berharap kalian orang-orang yang baik suatu hari nanti akan mendapatkan balasan yang baik”.
saya sungguh merasakan penyesalan yang amat mendalam, lain kali saya harus bisa belajar berterima kasih, belajar membalas budi orang lain.dan bagaimana saya harus hidup dengan penuh kebajikan dan kejujuran




0 komentar:

Plaas 'n opmerking